Selasa, 13 Mei 2008

Ghairah tuk Bai’at….

Sejak teleponan itu, aku gak berani istikharah dan do’a macem2. Tapi dalam hatiku setiap saat, aku percaya Allah Maha Mendengar, dan aku mengucapkan kata2 yg diajarkan Budi. Dan yang timbul, aku sangat ingin bai’at. Semakin dekat hari ku tuk balik ke kampong, semakin ingin aku cepat bai’at. Klw bisa sebelum pulkam.

Kita kopi darat lagi, mo mulangin dan mbahas buku2 yang kupinjam.

“kayake isinya bisa diterima semua ma gw Bud, gw pengen bai’at….”

“hehehe…. Jangan cepat2 ngambil keputusan. Sulit jadi ahmadi, dihina, dicacai, dimaki, mungkin lo bakal dijauhi ma lingkungan dan keluarga, dikucilkan dalam pergaulan. Apalagi kewajiban yg harus lo laksanakan klw dah bai’at, berat…..”

“Kewajiban apa?” trus Budi ngeluarin kaya kertas kuitansi, ada kolom2 sekitar 10 poin gitu, setiap poin ada jumlah nominal yg beda2. POin ini 500, poin ini 20.000, poin ini 3.500, totalnya sekian sekian.
“Liat berapa banyak item yg mesti lo tunaikan, berapa banyak duit yg mesti lo keluarin tiap bulan, nah…. Susah khan…..berat… tapi kita bayar semampu kita aja. Kaya gw mahasiswa, yg gw mampu bayar canda Cuma 5.000/bulan, tapi ada ahmadi kerja di BUMN dia bayar candah ratusan ribu, bahkan jutaan perbulan”

Aku manggut2 “tapi aku tetap mo bai’at, aku akan usahakan membayar apapun yg diperintahkan”

“Jangan tergesa-gesa… pikir2 dulu…”

“aku mau pulang kampong Bud. Aku takut di jalan kecelakaan, sedang aku belum bai’at”

Budi tertawa… “kapan mo pulang ke Padang?”

“Minggu ini juga, ayolah Bud… bawa aku ke Masjid lo, aku minta dibai’at…”

“Gini aja dech….” Budi mengeluarkan 1 berkas kertas. “Ini alamat ahmadiyah di seluruh belahan dunia, jadi dimanapun kamu berada, mo di Padang, di Medan, di Belanda, lo cari alamat ini. Jadi di perjalanan nanti lo bisa mikir2 lagi. DI kampong nanti setelah ketemu keluarga, kamu bisa nanya diri sendiri, siap nggak untuk jadi lain dari yang lain, siap gak melepas dan dilepaskan oleh keluarga, siap gak melaksanakan kewajiban ini itu, siap gak mengorbankan jiwa dan harta tuk kepentingan Islam, okay….”

Aku cuma senyum, rada kecewa, karena saat itu aku betul2 semangat tuk bai’at.

Tidak ada komentar: